MATIUS PEMUNGUT CUKAI MENGIKUT YESUS
MATIUS 9:9-13
Apa arti sebuah nama. Memang nama tidak mempengaruhi kepribadian dan perilaku seseorang. Tetapi nama seseorang boleh saja berubah setelah dia memperoleh suatu pekerjaan atau status sosial tertentu. Inilah yang terjadi pada Matius. Sesuai pekerjaannya, dia digelari sebagai pemungut cukai.
Nama yang sebenarnya adalah Matius. Nama ini pula yang menjadi panggilannya setelah dia Kristen. Tetapi dia lebih populer dikenal sesuai profesi sebelumnya, yakni sebagai pemungut cuaki. Dia ahli dibidang keuangan, pajak, administrasi pendapatan pemerintah, membuat kalkulasi pajak yang harus dibayar setiap orang atau lembaga. Pada zaman itu, para pemungut cukai dinilai sebagai sosok yang kerap memanipulasi pajak demi meraup keuntungan bagi pribadinya.
Namun bila Tuhan bekerja menggerakkan hati seseorang, maka suatu perubahan akan terjadi. Meskipun dia tergolong sebagai pendosa besar; tetapi Tuhan Yesus dapat menetapkan dia sebagai murid-Nya. Hal ini mungkin saja sulit diterima akal dan pemikiran kita. Bahkan boleh jadi membuat kita merasa heran. Tetapi itulah kenyataan yang benar-benar terjadi.
Matius, si pemungut cukai itu, sungguh berubah total atau bertobat. Dai serta-merta meninggalkan segala kehormatan, kekayaan, dan kebanggaan duniwi, lalu menjadi orang yang rendah hati, merendahkan diri sebagai hamba Tuhan.
Dia tidak lagi mengumbar kehebatan, kekayaan, kejayaan serta tidak mendambakan sanjungan dan hormat. Dia berubah menjadi orang mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki untuk melayani mereka yang hina, rendah, papa, dan miskin. Bahkan dia rela mengembalikan semua hartanya yang merupakan hasil dari praktik-praktik illegal.
Semua itu terjadi karena kuasa Tuhan bekerja dalam diri Matius. Kalangan masyarakat telah memvonis Matius, si pemungut cukai itu pendosa. Kekayaannya dinilai sebagai hasil dari tindakan illegal atau korupsi. Dia dengan sewenang-wenang menentukan tariff cukai atau pajak yang harus dibayar seseorang atau lembaga untuk pemerintah dan keuntungannya secara pribadi.
Perjumpaan Yesus dengan Matius sangat bersahaja. Proses percakapan Yesus dengan Matius cukup singkat. Yesus hanya mengajukan suatu ajakan dengan simple. Yesus mengundang Matius yang sedang berada di kantor bea cukai: Ikutlah Aku! Matius dengan spontan mengikut Yesus. Lantas mereka masuk kerumah Matius. Rupanya telah disediakan suatu jamuan eksekutif. Yesus makan bersama dengan para pemungut cukai dan murid-muridNya.
Begitulah kehadiran Yesus menciptakan suasana baru, suatu perubahan baru dalam kebersamaan. Yesus menerima seseorang bukan karena status sosial, ekonomi, budaya, atau karena penilaian masyarakat secara umum.
Matius yang dikategorikan masyarakat sebagai orang berdosa, justru ditetapkan Yesusmmenjadi murid-Nya. Yesus menyelamatkan setiap orang dalam kedudukan yang sama dihadapan Allah. Bagi Allah, setiap orang patut dihormati, dikasihi, dipedulikan dan diselamatkan dari dosa.
Yesus mau duduk dan makan bersama dengan siapa saja, apapun identitas dan status sosialnya. Yesus mengasihi dan menyelamatkan orang berdosa. Sikap Yesus tidak seperti orang Farisi, Saduki dan ahli-ahli taurat yang hanya memikirkan diri sendiri serta mengasingkan diri dari lingkungan masyarakat sekitar. Orang Farisi, saduki dan ahli-ahli taurat memperlihatkan suatu kesombongan rohani. Mereka merasa dirinya benar dan suci, sehingga tidak mau duduk dan makan bersama dengan orang berdosa atau orang yang melakukan korupsi, pemerasan, dan lain sejenisnya.
Yesus datang menyatakan belas kasihan Allah, menyelamatkan dan menebus orang berdosa serta menolong orang yang membutuhkan pertolongan. Yesus mengatakan bahwa orang sakitlah yang memerlukan tabib dan pengobatan bukan orang sehat. Yesus menyelamatkan orang berdosa supaya jangan binasa (Yohanes 3:16).
Yesus memanggil orang berdosa bernama Matius menjadi MuridNya. Masyarakat luas telah mengkategorikan Matius, sipemungut cukai itu, sebagai orang berdosa karena dia dianggap telah melakukan korupsi dan kerap bertindak arogan. Tetapi Matius mau bertobat dan dengan tulus mengabdikan dirinya kepda Tuhan. Para pengikut Yesus adalh orang-orang yang telah bertobat sehingga menjadi saluran berkat dan suka cita bagi sesame manusia. Inilah panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan.
Komentar
Posting Komentar