YESUS DAN HUKUM TAURAT (II)



Mat 5 : 27 - 37

Pernikahan merupakan rancangan Tuhan sejak awal. Seorang laki-laki dan seorang perempuan menerima pemberkatan pernikahan sebagai pasangan yang sepadan. Mereka menerima berkat dari Tuhan untuk menata kehidupan keluarganya. Keutuhan dan kebahagiaan keluarga hanya dapat terjamin apabila suami-istri setia terhadap pasangannya.

Bagi orang Kristen, pernikahan adalah monogami bukan poligami.bila seseorang telah disatukan dalam rumah tangga, maka dia harus setia terhadap pasangannya. Tidak boleh ada pria idaman lain dan wanita idaman lain yang mempengaruhi hidup keluarga. Pernikahan bukan hanya demi kenikmatan atau keinginan jasmani maupun hasrat biologis semata, melainkan sebagai suatu wujud kepatuhan kepada Tuhan.

Orang percaya yang telah menemukan teman hidup harus memelihara dan menjaga keutuhan,kebahagiaan rumah tangganya. Apabila ada hasrat untuk menginginkan yang bukan hak kita , maka kita sudah jatuh pada perzinahan di dalam hati.

Yesus dengan tegas mengajarkan agar kita memutuskan hubungan dengan apa yang membuat kita mengalami pencobaan hingga jatuh ke dalam dosa. Ajaran Yesus bahwa jika atau mata tangan menyesatkan , maka buanglah tidak bermakna harafiah. Melainkan memiliki maksud yang lebih mendalam tentang ketegasan agar kita jangan menghancurkan hidup karena suatu hal yang membuat kita tergoda dan tersandung. Lebih baik hilang satu, daripada semua binasa.

Ungkapan itu juga mengingatkan kita supaya semua panca indra dan tubuh kita menjadi kemuliaan, kesukaan Tuhan, jangan menjadi sumber kepahitan hidup. Ini mengandung ketegasan untuk tidak terbuai oleh nafsu atau hasrat untuk memenuhi keinginan daging, tetapi meninggalkan kebahagiaan rohani di sorga.

Pernikahan harus dipelihara dan dipupuk di dalam kesucian. Dalam pernikahan tidak diperbolehkan terjadi perceraian: Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan oleh siapapun selain kematian yang memisahkan.

Sekali lagi pernikahan tidak sekedar untuk memenuhi hasrat atau keinginan daging dan memperoleh keturunan, tetapi terutama untuk menyatakan keutuhan dan kebahagiaan secara rohani. Sehingga janji pernikahan harus tetap dipertahankan, jangan ada kepalsuan dan dusta dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari.

Kedua pasangan harus tetap setia pada janji pernikahan di depan Tuhan. Ikatan pernikahan merupakan janji kita kepada Tuhan akan setia, tulus, dan bertanggungjawab dalam segala hal. Bila kita bersumpah kepada sesama kita demi naman-Nya, maka kita harus konsisten melaksanakannya.

Setiap kata yang keluar dari mulut kita sebagai anak-anak Allah harus dilakukan secara bertanggungjawab dan jujur dihadapan Tuhan, tidak ada kemunafikan atau permainan kata-kata yang manis di bibir saja. Kita harus tegas, keras dan tidak kompromi dengan segala yang jahat (bnd.Mazmur 34:15-16).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UCAPAN BERBAHAGIA

MATIUS PEMUNGUT CUKAI MENGIKUT YESUS

YESUS MEMBAWA PEMISAHAN DAN BAGAIMANA MENGIKUT YESUS